Dari Mimpi Jadi Kiper ke Jebakan TPPO di Kamboja, Keluarga Menunggu Rizki Pulang ke Bandung Annisa Pratiwi, November 21, 2025 Meta Description Kisah Rizki, remaja Bandung yang terjerat TPPO setelah diiming-imingi seleksi sepak bola hingga dibawa ke Kamboja. Keluarga menunggu kepulangannya sambil berjuang mencari bantuan. Focus Keyphrase kisah korban TPPO Kamboja Slug URL (YOAST SEO) kisah-korban-tppo-kamboja-rizki-bandung Dari Impian Jadi Kiper ke Jeratan TPPO di Kamboja, Keluarga Menunggu Rizki Pulang Keluarga Menunggu Kepastian Nasib Rizki Dedi Solehudin di Kabupaten Bandung terus menahan cemas. Sudah hampir tiga minggu ia menunggu kabar pasti tentang kondisi putranya, Rizki Nur Fadhila, remaja 18 tahun yang diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang dan kini terjebak bekerja di Kamboja. Harapan sederhana untuk melihat anaknya meraih mimpi sebagai pesepak bola profesional kini berubah menjadi ketakutan yang tak kunjung reda. Perjalanan yang Mengubah Hidup Rizki Semua bermula dari tawaran seleksi di sebuah klub sepak bola di Medan. Karena Rizki sangat menyukai dunia bola, ia menerima tawaran itu meski peluang sebelumnya sempat kandas. Ia akhirnya berangkat pada 26 Oktober 2025. Saat itu, pihak travel menjemputnya menuju Jakarta sebelum menerbangkannya ke Medan. Namun, perjalanan yang semula terlihat wajar berubah secara tiba-tiba. Dari Medan, rutenya mendadak dialihkan ke Malaysia lalu ke Kamboja. Dedi baru mengetahui perubahan itu setelah putranya menghubungi keluarga dan menceritakan bahwa ia dijebak. Dedi Mendengar Jeritan Minta Tolong dari Anak “Dia bilang, ‘Pak, Aa dijebak’. Pas ditanya dari mana, dia bilang dari Facebook,” ungkap Dedi saat ditemui di rumahnya di Desa Dayeuhkolot. Setelah itu, komunikasi dengan pihak perekrut langsung terputus. Rizki bercerita bahwa semua kontak yang tersimpan di ponselnya dihapus secara paksa. Hal ini membuat keluarga tidak bisa lagi menelusuri siapa yang bertanggung jawab. Rizki Dipaksa Menjadi Operator Penipuan Daring Setibanya di Kamboja, Rizki langsung menyadari bahwa tidak ada seleksi sepak bola yang dijanjikan. Ia justru dipaksa bekerja mencari korban penipuan daring dengan target warga China yang dianggap mudah ditipu. Setiap hari, ia harus mengumpulkan 20 nomor calon korban. Jika gagal memenuhi target, ia akan dipukul dan disiksa. Menurut Dedi, putranya mengalami kekerasan berulang, bahkan dipaksa memikul galon dari lantai satu hingga lantai sepuluh sebagai bentuk hukuman. Rizki Bekerja di Bawah Tekanan Ekstrem Dengan jadwal kerja mulai pukul 08.00 pagi hingga tengah malam, Rizki hampir tidak memiliki waktu istirahat. Ketika target tidak terpenuhi, jam kerjanya bisa semakin panjang. Dalam kondisi tertekan itu, ia tetap berusaha mengirim pesan kepada keluarga secara sembunyi-sembunyi. Setiap pesannya selalu berisi ketakutan dan permintaan agar keluarga segera menyelamatkannya. Keluarga Mengupayakan Segala Bantuan Meskipun informasi pada sumber asli terpotong, konteks menunjukkan bahwa keluarga sudah menghubungi berbagai pihak untuk meminta pertolongan. Mereka berharap pemerintah, aparat, hingga lembaga perlindungan warga negara segera melakukan penelusuran dan pemulangan. Keluarga kini hanya ingin satu hal: Rizki pulang dengan selamat. Outdoors