Mengapa Penipuan Lowongan Kerja Menjamur di Indonesia? Annisa Pratiwi, November 26, 2025 Kenapa Penipuan Lowongan Kerja Begitu Mudah Menjamur di Indonesia Indonesia Jadi Sasaran Utama Penipuan Loker Data terbaru dari SEEK — perusahaan induk dari Jobstreet dan JobsDB — mengungkap bahwa Indonesia menyumbang 38 persen dari seluruh upaya penipuan lowongan kerja di Asia Pasifik, dan 62 persen bila diukur total penipuan di Asia. (Kompas) Temuan ini menunjukkan bahwa kasus penipuan kerja bukan fenomena kecil, melainkan masalah struktural yang kini makin mengkhawatirkan. (Kompas) Permintaan Kerja Tinggi + Sedikit Kesempatan Formal: “Lapar Kerja” Salah satu akar masalah adalah ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja — terutama lulusan baru/fresh graduate — dengan kesempatan kerja formal yang tersedia. Banyak orang membutuhkan pekerjaan segera, sehingga mereka agak mudah tergoda oleh tawaran yang menjanjikan hasil cepat. (Kompas) Situasi ini menciptakan kondisi di mana pencari kerja berada di posisi rentan, sehingga penipu bisa memanfaatkan kebutuhan dan harapan mereka. (Head Topics) Sistem Lowongan Kerja yang Masih Terfragmentasi Di Indonesia, sistem lowongan kerja belum berjalan secara terstruktur dan terintegrasi. Banyak lowongan tersebar melalui platform daring, media sosial, aplikasi pesan instan, hingga saluran informal, tanpa verifikasi memadai. (Kompas) Akibatnya, pencari kerja kesulitan membedakan mana lowongan resmi dan mana yang bodong. Penipu pun bisa mudah memasang “topeng” agar lowongan palsu tampak meyakinkan. (Kompas) Modus Penipuan Semakin Canggih — Dari Janji Gaji Tinggi Hingga Skema Deposit Modus penipuan lowongan kerja bervariasi. Kadang penipu menawarkan pekerjaan dengan janji gaji tinggi, bonus, kemudahan dan tanpa persyaratan ketat. Kemudian, mereka meminta “biaya administrasi” atau deposit untuk memproses lamaran, visa, pelatihan, atau alat kerja — hal yang tidak lazim pada lowongan resmi. (Kompas) Penipu juga bisa “menyamar” sebagai staf platform kerja, kemudian menghubungi calon pelamar lewat media sosial atau chat langsung, membuat kesan resmi. Setelah korban percaya, mereka memancing data pribadi, nomor rekening, dan uang. (Kompas) Banyak Pekerjaan Entry-Level & Sederhana — Sasaran Empuk bagi Pelaku Penipuan Data SEEK menunjukkan bahwa sebagian besar penipuan lowongan menyasar pekerjaan entry-level atau pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus, seperti administratif, kerja gudang, ritel/e-commerce, jasa, hingga layanan pendukung kantor. (Kompas) Karena posisi tersebut banyak diminati dan populernya tinggi di kalangan pencari kerja muda atau tanpa pengalaman, jumlah korban potensial pun besar — sehingga peluang pelaku untuk mendapat korban lebih tinggi. (Kompas) Penipuan Loker Sering Berujung ke Kejahatan Lebih Besar, Termasuk TPPO Penting dicatat bahwa job-scam tidak hanya merugikan materi pelamar — tetapi sering berkembang menjadi kejahatan lain seperti tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Penipuan dengan modus “lowongan kerja” menjadi pintu masuk bagi jaringan kriminal yang mengiming-imingkan pekerjaan di luar negeri atau pekerjaan dengan bayaran tinggi. (Kompas) Kondisi ini membuat urgensi penanganan meningkat: bukan sekadar soal penipuan kerja, melainkan soal keselamatan dan keamanan warga negara. Apa yang Bisa Membuat Situasi Semakin Parah Banyaknya pencari kerja yang “terdesak” secara ekonomi sehingga sulit bersikap selektif. Sistem lowongan kerja di Indonesia masih longgar dan mudah disalahgunakan. Rentannya pekerjaan entry-level menjadi sasaran — banyak pelamar muda, pengalaman sedikit. Kemajuan teknologi dan akses internet membuat penyebaran iklan palsu makin mudah. Minimnya literasi digital dan kewaspadaan terhadap modus penipuan. Kenapa Kita Perlu Lebih Waspada dan Selektif Penipuan lowongan kerja bukan sekadar wilayah penipuan umum — ketika kita lengah, bisa mengancam keamanan data pribadi, finansial, bahkan berujung pada eksploitasi atau TPPO. Oleh karena itu: Selalu verifikasi identitas perusahaan yang menawarkan kerja — cek alamat, website, reputasi. Waspadai iklan yang menawarkan gaji besar dengan syarat mudah, atau kerjaan “cepat kaya.” Hindari perusahaan yang meminta biaya di muka: biaya pendaftaran, pelatihan, deposit, apalagi transfer ke rekening pribadi. Jangan mudah tergoda tawaran lewat media sosial tanpa riset mendalam. Jika memungkinkan, gunakan platform rekrutmen resmi dan hindari penyebaran CV secara acak ke media sosial. Kesimpulan: Kombinasi Faktor Sosial, Ekonomi, dan Teknologi Picu Maraknya Penipuan Loker Maraknya penipuan lowongan kerja di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kondisi struktural — mulai dari lapangan kerja yang terbatas, kebutuhan mendesak masyarakat, sistem rekrutmen yang fragmented, hingga kemajuan teknologi yang memungkinkan penipuan berlangsung cepat dan luas. Untuk mengatasinya, dibutuhkan usaha bersama: dari pemerintah memperketat regulasi dan pengawasan; platform kerja memperkuat verifikasi; hingga masyarakat sendiri meningkatkan kewaspadaan dan literasi digital. Outdoors