Waspada Konsep ‘Pig-Butchering’: Penipuan Besar Lewat Relasi dan Investasi Online Annisa Pratiwi, August 5, 2025August 10, 2025 Pig-Butchering Scam Menyasar Emosi Korban untuk Penipuan Investasi beritapenipuan.com – Modus penipuan digital di Indonesia terus berkembang. Salah satu skema terbaru yang mengkhawatirkan adalah “pig-butchering scam” — teknik manipulatif yang memanfaatkan hubungan emosional sebelum menguras dana korban melalui penipuan berkedok investasi. Pelaku membangun hubungan perlahan dan meyakinkan, mirip dengan proses “menggemukkan babi” sebelum disembelih. Strategi ini menyasar korban di berbagai platform, seperti WhatsApp, Instagram, dan aplikasi kencan atau media sosial lainnya. Pelaku Gunakan Pendekatan Emosional untuk Menjerat Korban Pelaku tidak langsung membicarakan uang. Mereka menyamar sebagai sosok profesional, ramah, dan mapan. Percakapan awal terkesan santai—seputar hobi, pekerjaan, atau kehidupan pribadi. Pendekatan ini bisa berlangsung berminggu-minggu hingga korban merasa dekat dan percaya. Setelah kepercayaan terbentuk, pelaku mulai memperkenalkan topik investasi. Biasanya mereka menyebutkan bahwa mereka telah sukses melalui platform tertentu, lalu mengajak korban “ikut merasakan hasilnya”. Kalimat manipulatif seperti “Aku cuma ingin kamu sukses juga” sering digunakan untuk memperkuat ikatan emosional. Platform Investasi Palsu Jadi Perangkap Utama Begitu korban tertarik, pelaku langsung mengarahkan ke platform investasi palsu yang mereka kontrol. Situs tersebut tampil profesional—dengan grafik dinamis, riwayat transaksi, dan tampilan antarmuka menyerupai aplikasi resmi. Pada awalnya, korban akan melihat saldo bertambah sebagai umpan. Mereka pun tergoda untuk menyetor dana lebih besar. Pelaku terus mendorong agar korban melakukan transfer berkali-kali, dengan alasan “upgrade akun”, “bonus”, atau “naik level”. Namun ketika korban mencoba menarik dana, berbagai hambatan muncul. Mulai dari permintaan pajak tambahan hingga biaya admin yang tidak masuk akal. Di titik inilah korban sadar bahwa dananya telah hilang tanpa bisa ditarik kembali. Manipulasi Psikologis Jadi Senjata Utama Berbeda dari penipuan yang menggunakan ancaman langsung, pig-butchering mengandalkan manipulasi psikologis yang lembut namun konsisten. Pelaku membangun ikatan emosional yang dalam, menciptakan ilusi hubungan yang tulus dan penuh perhatian. Beberapa pelaku bahkan tetap menjaga komunikasi meskipun dana korban telah dikuras. Mereka berpura-pura mengalami kesulitan atau kerugian agar korban terus bersimpati dan memberikan bantuan. Taktik ini menjebak korban dalam siklus harapan palsu yang sulit diputus. Cegah Pig-Butchering Scam dengan Kesadaran Digital Masyarakat perlu memahami bahwa relasi daring yang tidak transparan berpotensi besar membawa risiko. Jika komunikasi mengarah pada uang, saatnya untuk waspada. Berikut beberapa langkah pencegahan: Selalu skeptis terhadap tawaran investasi dari orang asing, meskipun terlihat meyakinkan. Periksa legalitas platform melalui situs resmi OJK atau otoritas terkait. Jangan transfer uang karena alasan emosional, apalagi tanpa bukti legal. Tolak ajakan menyetor dana berkali-kali dengan alasan upgrade atau bonus. Laporkan situasi mencurigakan kepada pihak berwenang, jangan takut atau malu. Korban pig-butchering sering ragu melapor karena merasa terikat secara emosional. Namun melapor justru penting untuk memutus rantai penipuan dan mencegah korban baru. Investasi Aman Harus Berbasis Rasionalitas, Bukan Emosi Pig-butchering scam mengeksploitasi kebutuhan dasar manusia akan hubungan, harapan, dan kepercayaan. Di tengah derasnya arus digitalisasi, kewaspadaan dan literasi keuangan harus menjadi tameng utama. Jangan biarkan keinginan untuk sukses membuat kita buta terhadap risiko. Semakin tinggi imbal hasil yang ditawarkan, semakin besar pula kemungkinan skema penipuannya. Pastikan setiap keputusan investasi diambil secara logis, berdasarkan informasi yang valid—not emosi semata. News modus penipuan digitalpig butchering scam